2.28.2011

Tragedi Kamanungsan



Dari mana manusia lahir, dan ia akan ke mana? Apakah Allah jawabannya? Dan apakah benar setiap orang merindukan yang namanya persatuan? Nyatanya tidak 100%.

Ada kelompok RT/RW yang rukun bersosialisasi, tetapi ada kelompok masyarakat perumahan menengah/elit yang sarat dengan prinsip individualistik/tidak mau gaul dengan tetangga. Setiap diundang arisan RT/RW, boro-boro datang, membaca undangannya saja sudah tidak punya energi.  

Semua orang yang dipilih ataupun memangku tugas mulia, di lini apa pun, adalah orang yang awalnya niatnya baik. Hanya saja kebaikannya ternyata pelan-pelan dikuasai oleh atmosfir bernama pamrih, berupa keuntungan duniawi. Lantas mereka merasa perlu mengenal, mendidik, dan mencintai korupsi. Menolong rakyat jadi sesuatu yang semu. Tidak ada totalitas. Dan bahayanya, tidak ada ketulusan dan pengorbanan dalam menjalani tugas-tugas mulia.

Kita sudah sulit, bahkan tidak bisa lagi memahami pemimpin Negeri ini secara murni. Negara dan politik dunia sarat kepentingan. Terlalu banyak hutang masa lalu yang belum terbayar, PR kemanusiaan yang jauh dari selesai, moralitas yang terkubur di dasar laut, racun-racun pikiran yang terkontaminasi jasad, bukan roh. Isu radikalisme agama yang terakhir heboh di Banten dan Temanggung, menunjukkan bahwa manusia tidak menyadari keberagaman, dan memang tidak menginginkan keharmonisan.

Akan tiba saatnya “sesuatu yang hebat” datang ke dunia, menyadarkan seluruh umat manusia. Kita akan bungkam, tidak bisa bicara lagi, kecuali diam dan menyesali...

Jumat Kliwon, 11 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar